Klik tautan di bawah untuk nonton video Musik Yanger via youtube ...
Silahkan baca artikelnya dalam blog ini juga di posting sebelumnya.... !!
Baca selengkapnya......
Klik tautan di bawah untuk nonton video Musik Yanger via youtube ...
Klik tautan di bawah untuk nonton video Musik Yanger via youtube ...
Kapita Arab adalah salah satunya, selain Kapita Cina. Kedua istilah ini mungkin hanya lahir dalam sejarah Ternate (Maluku Utara). Sebutan Kapten Arab yang kita bahas ini dalam bahasa Ternate disebut “Kapita Arab”, demikian pula dengan Kapten Cina disebut dengan “Kapita Cina”. Selain dua Kapita ini juga ada banyak jabatan Kapita untuk komunitas lokal lainnya. Banyak sekali jabatan “Kapita” ini di wilayah kesultanan Ternate yang disandang berdasarkan jumlah klan yg ada dalam struktur masyarakat tradisional di kesultanan Ternate. Belum diketahui dengan pasti sejak kapan istilah “Kapita Arab” dan “Kapita Cina” ini mulai digunakan dalam struktur sosial di kesultanan Ternate, karena belum banyak data sumber yang menjelaskan tentang hal tersebut. Ini membutuhkan penelitian tersendiri.
@...Sebelum membahas lebih lanjut, perlu kita ketahui bahwa, dalam struktur masyarakat tradisional di kesultanan Ternate tercatat terdiri dari 41 kelompok kekerabatan klan/marga yang disebut "Soa". (Fraassen menyebut jumlah Soa ada 43). Mereka terdiri dari seluruh elemen masyarakat tradisional yang ada, termasuk pendatang Melayu lainnya yakni; Suku Jawa, Bugis-Makassar. Selain itu di dalam keragaman masyarakat Ternate juga terdapat beberapa klan/marga yang non-melayu, yakni keturunan orang2 Cina dan Arab yang jauh sebelum kedatangan bangsa Eropa (Portugis, Spanyol dan Belanda) mereka ini sudah lebih dahulu eksisi atau ada di Ternate, dan sudah menjadi bagian dari masyarakat tradisional di kerajaan Ternate.
Berdasarkan sumber2 sejarah, dapat kita rekonstruksikan bahwa pergaulan sosial kedua pendatang non-Melayu ini (Cina dan Arab) agak berbeda. Orang2-orang keturunan Cina Ternate misalnya, jarang terjadi asimilasi sosiologis dengan penduduk pribumi selain dari urusan atau kegiatan perdagangan. Mereka punya kawasan pemukiman tersendiri di pusat kota Ternate sebagai kota perdagangan. Lain halnya dengan orang2 keturunan Arab Ternate, yang nampaknya asimilasi social dan budaya dengan penduduk pribumi lebih tampak.
Kembali kepada soal “KAPITA ARAB” dan “KAPITA CINA”. ~ @ Bahwa dari ke-41 (atau 43) jumlah Soa yang ada dalam struktur masyarakat tradisional Ternate yang mana klan Melayu seperti Jawa, misalnya, mereka mendapat kedudukan yang boleh dikatakan setara dengan klan2 yang asli Ternate, yakni meteja juga menjadi salah satu Soa. Sedangkan keturunan Cina dan Arab tidak menjadi salah satu Soa di Ternate. Eksistensi mereka ini dilihat dari sisi lain. Ada peran-peran tertentu yang tidak dapat dilakoni oleh penduduk lokal Ternate atau Soa2 yg ada namun hanya dapat dilakukan oleh kedua komunitas Ternate ini. Oleh karena itu eksistensi mereka sangat dibutuhkan oleh pihak kesultanan. Dapat dikatakan bahawa peran central dari komunitas Cina Ternate waktu itu adalah dalam bidang perniagaan dan permodalan (kapitalis lokal), sedangkan peran central dari komunitas Arab Ternate selain juga dalam bidang perniagaan, juga dalam bidang pembinaan kerohanian Islam (dakwah).
Namun setelah C. Bosscher menjadi Residen Ternate ke-11 pada tahun 1856,dan dan tiga tahun kemudian yakni tahun 1859, pemerintah Belanda di Ternate membuat aturan (semacam undang-undang) yakni Peraturan No.20, yang dalam pasal 2, berisi arahan untuk kepala untuk komunitas keturunan Arab, Bugis-Makassar dan komunitas Melayu lainnya di Ternate, mereka dianggap sama dengan warga Muslim Ternate dalam status hokum Belanda. Para kepala dari kelompok ini memegang pangkat tituler “Kapitein” di tentara sipil, yang tugasnya selain ke pihak istana (kadato) juga harus melayani di tentara sipil dan tugas jaga. Dengan tugas ini, maka pihak Belanda menganggap diri mereka (Kapita Arab dan kapita Cina) lebih unggul dari kapita2 Ternate lainnya yang ada di kampung2. Yang hanya subjek langsung dari Sultan. Dalam hal berpakaian, Kapita Cina dan kapita Arab berbeda dgn kapita dari klan lokal, mereka tetap menggunakan busana khas Cina dan Arab, tidak seperti kapita2 dari komunitas lokal yang menggunakan Lastar berwarna hitam yang ditaruh melingkar di kepala.
Berdasarkan data2 sejarah ini, maka bila kesultanan Ternate dalam rangka melestarikan budaya dan ingin menjalin kembali silaturrahmi yang terputus antara pihak kesultanan dengan komunitas keturunan Arab Ternate dalam bingkai melestarikan budaya daerah sebagai bagian dari budaya Nasional, maka bagi saya pribadi, jabatan Kapita Arab harus ditunjuk atau diambil dari keturunan dari Habib Abdullah dan atau Habib Abubakab bin Salim Alhaddar ini. Persoalannya, apakah pihak keluarga keturunan masih mau melibatkan diri dalam rangka melestarikan budaya dan dalam rangka menjalin kembali tali silaturrahmi yang sempat terputus ini, dalam kondisi kesultanan Ternate yang nampak sudah kehilangan arah dalam satu dasa warsa terakhir ini ? Ini yang menjadi kendala menurut saya.